Senin, 15 November 2010

Mangkuk Kayu - Kisah Inspiratif

(Terjemahan dari: The Wooden Bowl)

Seorang pria tua tua tinggal dengan bersama anaknya yang telah beristri dan memiliki anak usia empat tahun. Tangan pria tua itu gemetar, penglihatannya kabur, dan langkahnya tersendat. Ia bersama anaknya sekeluarga selalu makan bersama di meja keluarga. Tapi lelaki tua itu mengalami kesulitan setiap kali makan karena tangannya gemetar dan pandangannya kurang jelas. Kerap kali sendok atau garpu jatuh dari tangannya atau jatuh ke lantai. Apabila dia memegang gelas, air minum atau susu tumpah di taplak meja.

Anak dan menantunya menjadi jengkel dengan kekacauan itu. "Kita harus melakukan sesuatu untuk bapak," kata anak kepada istrinya . "Cukup sudah susu tumpah, berisik saat makan, dan makanan berhamburan di lantai". Lalu suami dan istri itu meletakan sebuah meja kecil di sudut ruang makan mereka. Di sana, pak tua itu makan sendirian sedangkan anaknya bersama keluarganya menikmati makan malam mereka di meja lain.

Sejak pak tua sering menjatuhkan piring saat makan karena tangannya yang tidak kuat memegangnya, makanannya disajikan di sebuah mangkuk kayu. Ketika anaknya sekeluarga meliriknya saat makan, air mata pak tua mengalir di pipinya. Ia makan sendirian disudut ruangan dengan makanan yang ditaruh dalam mangkuk kayu. Dan apabila pak tua menumpahkan makanan atau menjatuhkan garpu, anak dan menantunya memarahinya dengan peringatan keras.

Empat tahun mereka memandangnya makan di sudut ruangan dengan diam. Suatu malam sebelum makan malam, sang ayah melihat anaknya bermain dengan potongan-potongan kayu di lantai. Dia bertanya kepada anaknya dengan dengan lembut, "Apa yang kamu lakukan dengan potongan kayu itu, Sayang?" Dengan tersenyum, si kecil itu menjawab, "Oh.., saya mau membuat mangkuk kecil untuk dipakai saat makan ketika Ayah dan Ibu menjadi tua nanti." Anak itu tersenyum manis dan kembali terus bermain.

Kata-kata anaknya begitu menusuk hatinya. Kemudian air mata mulai mengalir di pipi mereka. Meskipun tidak ada kata yang diucapkan, suami dan istri itu tahu apa yang harus dilakukan. Malam itu sang suami memegang tangan pak tua, ayahnya dan dengan lembut membawanya kembali ke meja keluarga, makan bersama mereka. Baik suami maupun istri tidak peduli lagi ketika garpu dijatuhkan, susu tumpah, atau taplak meja yang kotor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar